Di kolong bangunan lumbung, dua orang sedang terkantuk-kantuk, seseorang lain menaiki tangga. Seorang
bangsawan duduk didampingi dua wanita, dikelilingi abdinya.
Sepasang manusia menerima sesuatu dari laki-laki yang duduk di bale-bale. Seorang tuan tanah duduk di
bale-bale, didampingi dua wanita, dan seorang dewa duduk didampingi dua wanita. Ada tulisan vasodana (pemberian perhiasan), bhogi dan svargga.
Empat laki-laki melakukan pemujaan terhadap bangunan suci. Di bagian lain dewa yang duduk didampingi
dua wanita, dikelilingi empat lelaki penghuni surga. Ada tulisan dharmajavada (membahas agama) serta svargga.
Dewa duduk didampingi dua wanita. Dua perempuan lainnya berdiri sambil memainkan alat musik, atau
mengibaskan kipas pengusir lalat. Seorang laki-laki dan dua wanita berjalan menuju bangunan suci. Ada
tulisan svargga.
Empat laki-laki memberi persembahan sebuah payung dan barang lainnya kepada dua orang pendeta. Di
sebelahnya seorang raja duduk di tandu yang digotong delapan orang.
Seorang bangsawan duduk di bale-bale dengan didampingi tiga wanita. Di sebelah kanan berdiri dua abdi
perempuan, masing-masing memegang kuncup bunga dan kipas pengusir lalat.
Seorang tokoh lelaki didampingi empat wanita. Di bagian lain, ada sebuah bangunan suci, di sampingnya
berdiri seorang laki-laki berbusana mewah. Ada tulisan svargga.
Sekelompok orang yang akan memberi derma tampak duduk dan berdiri. Di bagian lain ada sekelompok
bhiksu duduk bersila. Ada tulisan kucaladharmmabhajana (abu tokoh suci).
Dewa duduk didampingi tiga orang wanita. Di bagian lain tampak hiasan kinara-kinari yang berdiri di atas
guci merupakan lambang kehidupan di surga, sesuai dengan tulisan svargga.
Seorang tokoh ditemani tiga wanita sedang duduk, sementara para pengawal ada yang duduk dan berdiri.
Di bagian lain sepasang suami istri duduk di bangku di bawah pohon. Ada tulisan ghosti (berbicara sopan)
dan svargga.
Penguasa dunia memegang pengusir lalat (camara) duduk dengan para pengawalnya yang berjongkok. Di
belakangnya terdapat seekor kuda, gajah, kipas, payung, hiasan teratai dan pohon. Ada tulisan cakravarti (penguasa dunia).
Beberapa orang beribadat sambil memukul genta. Pemujaan dilakukan pada sebuah bangunan suci. Di
bagian lain ada dua orang suci dan pegikutnya. Ada tulisan ghanta (genta) dan mahecakhyasamavadhana.
Ada pohon Kalpataru diapit oleh kinara-kinari. Seorang tokoh duduk di antara dua perempuan, para
pengawal berdiri di kanannya membawa barang-barang berharga. Ada tulisan svargga.
Seorang tokoh di atas bangku ditemani putri. Di samping kiri jongkok seorang abdi perempuan membawa
pengusir lalat (camara). Di bawahnya duduk para pengawal. Ada tulisan cakravarti (penguasa dunia).
Seorang Brahmana menerima hadiah payung dari seorang lelaki yang menyembahnya. Di bagian lain duduk
seorang terhormat diapit dua wanita. Panil ini memiliki dua tulisan: chatradana (pemberian payung) dan
vinayadharmmmkayachita (keluarga orang suci)
Berbicara sopan (gostgi) dan suasana surga (svargga). Ada pohon Kalpataru (pohon lambang kehidupan)
dan kinara-kinari (makhluk kayangan,setengah manusia dan setengah burung).
Sementara suami tertidur, seorang istri bermesraan dengan lelaki lain. Ada pula pembunuhan dengan
pedang. Kedua perbuatan itu mendapat siksaan di neraka.
Di bawah bangunan beratap, seorang tokoh suci memberikan wejangan kepada empat wanita yang datang
mengunjunginya. Terlihat pula, rakyat datang berduyun-duyun menemui pendeta di tengah hutan.
Dua wanita datang ke kediaman pendeta, sambil mempersembahkan bunga. Pendeta itu duduk di dalam
bangunan yang atapnya menyerupai atap candi. Adegan berikutnya, tiga orang desa menerima derma dari
pendeta yang sedang melkukan perjalanan serta membawa payung.
Terlihat keluarga bangsawan sedang melakukan pemujaan terhadap bangunan suci, sedangkan di
sebelahnya ada bangsawan lain yang menerima upeti dari tiga laki-laki.
Warga desa beramai-ramai membersihkan Chaitya (bangunan suci). Ada yang menari dan menyapu. Mereka
yang tidk ikut mebersihkan harus menerima akibatnya.
Sambil membawa payung sekelompok pria menghampiri seorang laki-laki suci yang duduk di bawah
naungan bangunan kayu, sedangkan rakyat di dekatnya tampak bercengkrama damai.
Memperlihatkan perbedaan mencolok antara keluarga bahagia dan pemabuk. Akibat lupa diri, pemabuk itu
melakukan kenistaan yang terlarang, seperti perbuatan mesum dan menari-nari tak beraturan.
Sejumlah orang memberikan pertolongan kepada seorang laki-laki sakit. Ada yang memijat kepala,
menggosok perut dan dada, serta membawa obat. Adegan lainya memperhatikan suasana bersyukur atas
kesembuhan seseorang
Orang kaya mengawasi pembagian derma kepada fakir miskin, di sebelah kiri seseorang duduk bersama
anak dan isrinya, sambil memperhatikan sepasang wanita yang baru diberi bahan pakaian.
Empat laki-laki memperagakan tari perang, lengkap dengan perlengkapan dan perhiasannya. Di sebelahnya,
sekelompok orang sedang meratapi kematian anak kecil.